Karena struktur senyawa anorganik biasanya lebih
sederhana daripada senyawa organik, sintesis senyawa anorganik telah
berkembang dengan cukup pesat dari awal kimia modern. Banyak pengusaha
dan inventor secara ekstensif mengeksplorasi sintesis berbagai senyawa
yang berguna. Dengan kata lain sintesis senyawa anorganik bermanfaat
besar secara aktif dilakukan sebelum strukturnya atau mekanisme
reaksinya diklarifikasi. Beberapa contoh khas diberikan di bawah ini.
a.
Natrium karbonat Na2CO3
Sepanjang sejarah industri kimia,
persediaan natrium karbonat Na
2CO
3, soda,
merupakan isu penting. Soda adalah bahan dasar penting bukan hanya untuk
keperluan sehari-hari (seperti sabun) tetapi juga untuk produk industri
yang lebih canggih (seperti gelas).
Di waktu lampau soda
didapatkan dari sumber alami, dan kalium karbonat K
2CO
3,
yang juga digunakan dalam sabun, didapatkan dalam bentuk abu kayu.
Setelah revolusi industri, kebutuhan sabun meningkat dan akibatnya
metoda sintesis baru dengan bersemangat dicari. Waktu itu telah dikenali
bahwa soda dan garam (NaCl) mengandung unsur yang sama, natrium, dan
penemuan ini mengakibatkan banyak orang berusaha membuat soda dari
garam. Di awal abad 19, suatu proses baru dikembangkan: natrium sulfat
yang merupakan produk samping produksi asam khlorida (yang digunakan
untuk serbuk pengelantang, bleaching), batu bara dan besi dinyalakan.
Namun, hasilnya, rendah dan tidak cocok untuk produksi skala besar .
Inventor
Perancis Nicolas Leblanc (1742-1806) mendaftar suatu kontes yang
diselenggarakan oleh Académie des Sciences, untuk menghasilkan secara
efektif soda dari garam. Esensi dari prosesmua adalah penggunaan marmer
(kalsium karbonat) sebagai ganti besi.

Na2SO4
+ 2C –> Na2S + 2CO2 (11.1) |
Na2S + CaCO3 –> Na2CO3 + CaS (11.2) |
2NaCl + H2SO4 –> Na2SO4 +
2HCl (11.3) |
|
|
Proses
Leblanc dapat menghasilkan soda dengan kualitas lebih baik daripada
metoda sebelumnya. Namun, proses ini menghasilkan sejumlah produk
samping seperti asam sulfat, asam khlorida, kalsium khlorida, kalsium
sulfida dan hidrogen sulfida. Bahkan waktu itu pun, pabrik menjadi
target kritik masyarakat. Peningkatan kualitas proses Leblanc sangat
diperlukan khususnya dari sudut pandang penggunaan ulang produk
sampingnya, yang jelas akan menurunkan ongkos produksi.
Satu abad
setelah usulan proses Leblanc, inventor Belgia Ernest Solvay (1838-1922)
mengusulkan proses Solvay (proses soda-amonia), yang lebih maju dari
aspek kimia dan teknologi. Telah diketahui sejak awal abad 19 bahwa soda
dapat dihasilkan dari garam denagn amonium karbonat (NH
4)
2CO
3.
Solvay yang berpengalaman dengan mesin dan dapat mendesain proses
produksi tidak hanya dari sudut pandang kimia tetapi juga dari sudut
pandang teknologi kimia. Dia berhasil mengindustrialisasikan prosesnya
di tahun 1863.
Keuntungan terbesar proses Solvay adalah penggunaan
reaktor tanur bukannya reaktor tangki. Air garam yang melarutkan amonia
dituangkan dari puncak tanur dan karbondioksida ditiupkan keda lam
tanur dari dasar sehingga produknya akan secara kontinyu diambil tanpa
harus menghentikan reaksi. Sistem Solvay menurunkan ongkos secara
signifikan, dan akibatnya menggantikan proses Leblanc.
Reaksi utama |
NaCl + NH3 + CO2 + H2O –>
NaHCO3 + NH4Cl | (11.4) |
2NaHCO3 –> Na2CO3 + CO2 +
H2O | (11.5) |
Sirkulasi amonia | |
2NH4Cl + CaO –> 2NH3 + CaCl2 + H2O | (11.6) |
Pembentukan karbon
dioksida CO2 dan kalsium oksida CaO | |
CaCO3 –> CaO+CO2 | (11.7) |
Satu-satunya produk
samping proses Solvay adalah kalsium khlorida, dan amonia dan
karbondioksida disirkulasi dan digunakan ulang. Dalam produksi soda dari
garam, poin penting adalah pembuangan khlorin. Dalam proses Leblanc,
khlorin dibuang sebagai gas asam khlorida, namun di proses Solvay,
khlorin dibuang sebagai padatan tak berbahaya, kalsium khlorida. Karena
keefektifan dan keefisienan prosesnya, proses Solvay dianggap sebagai
contoh proses industri kimia.
b. Asam sulfat
Sejak akhir
pertengahan abad 16, kimiawan Jerman Andreas Libavius (1540?-1616)
memaparkan proses untuk mendapatkan asam sulfat H
2SO
4
dengan membakar belerang dalam udara basah.
S + O2
–> SO2 (11.8)
2SO2+O2
–> 2SO3 (11.9)
Glauber, insinyur kimia
pertama, menemukan di pertengahan abad 17 proses untuk mendapatkan asam
khlorida dengan memanaskan garam dan asam sulfat. Asam khlorida yang
didapatkannya memiliki konsentrasi yang lebih tinggo daripada yang
didapatkan dalam proses sebelumnya.
2NaCl+H2SO4
–> Na2SO4+2HCl (11.10)
Reaksi yang
dibahas di buku teks sekolah menengah itu digunakan di sini. Glauber
mengiklankan natrium sulfat sebagai obat dengan efek yang menakjubkan
dan mendapatkan banyak keuntungan dari penjualan garam ini.
Proses
yang lebi praktis untuk menghasilkan asam sulfat dikenalkan yakni
dengan cara memanaskan belerang dengan kalium nitrat KNO
3.
Awalnya pembakaran dilakukan di wadah gelas besar yang mengandung air.
Asam
sulfat yang terbentuk terlarut dalam air. Walaupun proses kedua (SO
2
–>SO
3) lambat dan endotermik, dalam proses ini
oksida nitrogen nampaknya berfungsi sebagai katalis yang mempromosikan
reaksi ini.
Dengan meningkatnya kebutuhan asam sulfat khususnya
dengan berkembangnya proses Leblanc yang membutuhkan asam sulfat dalam
kuantitas besar, alat baru, proses kamar timbal yang menggunakan ruangan
yang dilapisi timbal sebagai ganti wadah gelas dikenalkan yang membuat
produksi skala besar dimungkinkan. Produksi asam sulfat skala besar
otomatis berarti pembuangan nitrogen oksida yang besar juga. Sedemikian
besar sehingga pada waktu itupun bahaya ke lingkungannya tidak dapat
diabaikan.
Berbagai perbaikan proses dilakukan dengan menggunakan
tanur Gay-Lussac dan Glover. Yang terakhir ini digunakan dengan luas
karena nitrogen oksida dapat digunakan ulang dan rendemen n itratnya
lebih besar.
Ide penggunaan katalis dalam produksi asam sulfat,
atau secara khusus dalam oksidasi belearng dioksida telah dikenali sejak
kira-kira tahun 1830. Katalis platina terbuki efektif tetapi sangat
mahal sehingga tidak digunakan secara meluas. Seteleah setengah abad
kemudian, ketika kebutuhan asam sulfat meningkat banyak, ide penggunaan
katalis muncul kembali. Setelah masalah keracunan katalis diselesaikan,
proses penggunaan katalis platina, yakni proses kontak, menjadi proses
utama dalam produksi asam sulfat. Proses kontak masih digunakan sampai
sekarang walaupun katalisnya bukan platina, tetapi campuran termasuk
vanadium oksida V
2O
5.
c. Amonia dan asam
nitrat
Nitrat (garam dari asam nitrat) sejak zaman dulu
dibutuhkan banyak sebagai bahan baku serbuk mesiu. Namun, persediaannya
terbatas, dan kalium nitrat yang ada secara alami adalah bahan baku
utama yang tersedia. Di abad 19 ketika skala perang menjadi besar,
kebutuhan nitrat menjadi membesar, dan kalium nitrat yang ada secara
alami tidak dapat memenuhi permintaan.
Selain itu, nitrat
diperlukan sebagai bahan baku pupuk buatan. Di akhir pertengahan abad 19
kimiawan Jerman Justus von Liebig (1803-1873) membuktikan kefektifan
dan pentingnya pupuk buatan. Masalah yang menghalangi pemakaian
bear-besaran pupuk buatan adalah harganya yang tinggi, khususnya pupuk
nitrogen.
Di akhir abad 19, fisikawan Inggris William Crookes
(1832-1919) meramalkan peningkatan jumlah makanan yang diproduksi tidak
dapat mengejar peningkatan populasi dunia dan dunia akan berakhir
menjadi katastropi.
Situasi semacam memicu ilmuwan untuk
menyelidiki fiksasi nitrogen artifisial atau menemukan proses untuk
mengubah nitrogen yang tidak terbatas persediaanya di udara menjadi
senyawa yang dapat digunakan. Jelas diperlukan cara untuk melakukan
fiksasi dalam skala besar. Jadi, percobaannya harus dimulai di skala
laboratorium untuk dapat diperbesar ke skala pabrik.
Fiksasi
nitrogen berhasil dilakukan oleh kimiawan Jerman Fritz Haber (1868-1934)
dan insinyur kimia Jerman, yang bekerja untuk BASF, Carl Bosch
(1874-1940)??ersamaan reaksi untuk
proses Haber-Bosch sangat
sederhana, tetapi secara teknis terdapat berbagai kesukaran. Prosesnya
dielaborasi sehingga reaksi eksoterm ini akan berlangsung ke sisi kanan
dengan mulus.
N2 + 3H2 –>
2NH3 + 22,1 kkal (11.11)
Dalam praktek, beberapa
modifikasi dibuat. Misalnya, rasio molar nitrogen : hidrogen bukan 1:3,
tetapi 1:3.3. Kondisi reaksi yang dipilih adalah 300°C pada 500 atm.
Hidrogen digunakan berlebih pada tekanan tinggi sehingga
kesetimbangannya bergeser ke kanan. Karena reaksinya eksoterm, reaksi
ini lebih baik dilakukan pada temperatur yang lebih rendah sesuai dengan
azas Le Chatelier. Di pihak lain, laju reaksi akan terlalu rendah pada
temperatur rendah. Jadi suhunya dibuat agak tinggi ( yakni, dengan tetap
mempertimbangkan agar dekomposisi NH
3 tidak terjadi).
Katalis yang dibuat dari besi digunakan dengan ekstensif.
Proses
Haber-Bosch menjadi terkenal sebagai contoh pertama teori kesetimbangan
diaplikasikan dalam produksi. Di satu sisi fiksasi nitrogen dengan
proses Haber-Bosch membawa banyak manfaat karena kemudahan mendapat
pupuk. Di sisi lain amonia berarti bahan baku mesiu dapayt diperoleh
dengan mudah pula.
Proses modern untuk menghasilkan asam nitrat
HNO
3 adalah okidasi amonia di udara. Dalam proses ini, amonia
dicampur dengan udara berlebih, dan campurannya dipanaskan sampai
temperatur tinggi dengan katalis platina. Amonia akan diubah menjadi
nitrogen oksida NO, yang kemudian dioksidasi lebih lanjut di udara
menjadi nitrogen dioksida NO
2. Nitrogen dioksida direaksikan
dengan air menghasilkan asam nitrat. Metoda ini dikembangkan oleh
Ostwald, kimiawan yang banyak memberikan kimia katalis, dan disebut
proses Ostwald.
Proses ini diungkapkan dalam persamaan reaksi
berikut.

4NH
3 + 5 O
2 –>
4NO + 6 H
2O (11.12)
2NO+O2 –> 2NO
2
(11.13)
3NO
2+H
2O –> 2HNO
3+NO
(11.14)